Kondisi Stunting di Kab Sorong Berdasarkan SKI 2023 Ada pada Pravelensi 27,3 Persen

Aimas, VoicePapua.com – Kepala Bidang Pengendalian Penduduk Penyuluhan dan Penggerakan, Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Kabupaten Sorong, Jeni Pendek mengatakan, kondisi stunting di daerah ini berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 ada pada prevalensi 27,3 persen.

Sementara berdasarkan EPPGM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) per bulan September tahun 2024 berada pada prevalensi 17 persen.

Hal itu disampaikan Jeni, saat berlangsungnya kegiatan review kinerja tahunan stunting tahun 2024 di Kabupaten Sorong, berlangsung, Jumat (20/12-2024) di Aimas Hotel.

Pada kesempatan itu, Jeni kembali mengkanter, dimana kepada awak media yang bertugas di Kabupaten Sorong untuk kembali meluruskan atas pemberitaan dari melanesiatimes.com yang dipublish pada, Kamis (12/12- 2024).

Dalam pemberitaan dari media tersebut menyebut bahwa Bambang Dwi Anggono, Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menyebut, Plevalensi Stunting menjadi rentan menyerang manusia indonesia, bahkan berdasarkan data. Papua Barat Daya menjadi Provinsi Nomor Empat penyandang stanting tertinggi di Indonesia.

"Berdasarkan indentifikasi kami hingga saat ini, kota Sorong, Kabupaten Sorong menjadi panyandang stanting 30% di atas rata-rata, "hal ini artinya hampir dua orang dari setiap lima orang penderita stunting.

Perlu diketahui bahwa, stunting sangat menganggu pola pertumbuhan manusia indonesia dari semua aspek, hal demikin tentunya sangat berpengaruh bagi kecerdasan dan tumbuh kembang anak indonesia.

Melihat hal tersebut, maka Pemerintah Kominfo bekerja sama dengan berbagai pihak, dari Kementrian Kesehatan, Kepala Protokol Negara (KPN), Bappenas, serta seluruh stekholder untuk sama-sama mendukung terakselerasinya program ini guna menciptakan Papua Barat Daya yang lebih baik. Terangnya.

“Perlu kami klarifikasi kembali, bahwa khusus Kabupaten Sorong jumlah prevalensi stunting seperti pada pemberitaan dari media tersebut tidaklah benar. Sehingga hal ini seakan-akan terkesan membangun opini belaka dari sumber tersebut, yang tidak berdasar pada data dan fakta yang valid,” beber Jeni. (****)