Kondisi Sorong Umumnya di PBD ini Lebih Baik Eksistingnya

Aimas, VoicePapua.com - Penjabat Gubernur Papua Barat Daya  Muhammad Musa’ad mengemukakan, kondisi di Sorong pada umumnya atau wilayah Papua Barat Daya (PBD) ini lebih baik posisi eksistingnya. Jika, dibanding dengan pemekaran  daerah otonomi baru  tiga provinsi di Papua.

“Karena itu,  mari kita memanfaatkan momentum ini untuk tidak bekerja biasa-biasa saja.  Kita harus bekerja lebih luar biasa,” ucapnya.

Birokrasi biasanya kerja dalam kotak. Untuk itu, dia mengajak mari kita bekerja keluar dari boks  (out of the box),  kata Musa’ad yang pernah menjabat beberapa jabatan penting di berbagai birokrasi, dan termasuk di Kementerian Pemuda dan Olahraga, era Menteri Dr. Andi Alfian Mallarangeng.

“Kita harus segera keluar dari boks dan ciptakan inovasi, kreatitas. Jangan sampai kita terbelenggu dengan cara-cara lama  atau melayani dengan cara yang lama pula,” ingat Musa’ad.

Hal itu disampaikan Penjabat Gubernur Papua Barat Daya Muhammad Musa’ad, saat bertindak sebagai inspektur upacara pada peringatan Hari Amal Bhakti Kementerian Agama RI ke-77, yang dipusakan di Alun-alun Aimas, Selasa (3/1/2023).

Dulu misalnya, kita bagi dana itu uang mengikuti proses (money follow the process), yang di bawah ada bagian atau bidang kita bagi-bagi uang saja.

Waktu dirinya menjabat sebagai Kepala Bappeda Papua selama delapan tahun. Ada salah satu Kabid (kepala bidang) datang menghampirinya, kenapa bapak bagi uang tidak sama.

Kenapa di sana banyak sementara saya dapat sedikit, kata pegawai tersebut.  Memang dulu seperti itu, tapi sekarang money following priorty program atau uang mengikuti program prioritas.

Contoh kasus di Papua waktu menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX pada 2 Oktober 2021 itu Dinas Pemuda dan Olahraga kelola uang  setahun sekitar Rp2 triliun.

Uang itu untuk bangun stadion olahraga saja sudah habiskan anggaran sekitar Rp1,5 triliun. Sedangkan Rp5 triliun  lainnya untuk membiayai  berbagai kebutuhan pada momen pesta olahraga akbar tersebut.

Namun, pada momen lainnya dinas tersebut,  mengelola uang hanya Rp5 miliar saja. Tentu harus diterima, kenapa dulu kami kelola Rp2 triliun.

“Alasannya, karena sekarang tidak prioritas lagi. Prioritas yang sekarang tentu beda, dan ini penting saudara-saudara untuk merubah cara pandang kita,” beber Musa’ad.

Sekarang kita bekerja mana yang lebih prioritas.  Kita tidak bisa maju, apabila kita sendiri tak berkolaborasi. Kata ini memang gampang kita sebutkan atau sinergitas dengan mudah kita ucapkan, tapi yang paling sulit kita wujudkan, karena masih ada egois sektoral.

“Apalagi masing-masing di antara kita merasa paling penting.  Padahal semuanya penting,” sambung Musa’ad, pria  anak bungsu dari 23 bersaudara.

Semua orang penting dan tidak ada merasa tak penting. Mulai dari pejabat yang di atas sampai ke bawah semuanya sama-sama penting.

Bayangkan kalau tidak ada petani bagaimana kita bisa makan. Atau tidak ada orang yang bekerja untuk angkut-angkut sampah bagaimana nanti dengan keadaan kebersihan di  kota ini.

Jadi, kita semua sama-sama penting.  Dan, kata kuncinya harus dihargai. “Apa pun perjuangan orang harus dihargai.  Maka,  dengan begitu sinergitas atau kolaborasi itu bisa terwujud," ucap pria kelahiran 1965 pernah menjabat sebagai Kepala Bappeda Papua selama delapan tahun.

Sekarang tidak ada lagi yang namanya superman, batman, ultraman itu semua sebenarnya cerita fiksi saja. Kita semua ini punya kelebihan dan kekurangan. 

Makanya Tuhan ciptakan setiap individu secara berbeda untuk saling mengisi dengan adanya perbedaan itu. Kalau tidak demikian, semua orang merasa dirinya lebih penting, sambungnya.

“Mari kita menghargai jerih payah atau hasil kerja sekecil apa pun dia harus kita hargai.  Dengan cara seperti itu kita pun akan dihargai,” katanya.

Dengan adanya Papua Barat Daya ini, mari kita bergandengan tangan untuk bekerja sama agar kita punya mimpi yang besar. Baik dari aspek geopolitik dan geostrategis.

Kenapa Koarmada III ditempatkan di Sorong ini.  Karena dari aspek geopolitik bahkan, kata dia  tempatnya sangat strategis.

Begitu pula dari aspek geostrategisnya. Untuk masuk ke wilayah Papua umumnya harus melalui Papua Barat Daya ini, terangnya. (****)