Pengertian Kata ‘Torang Locavore’ Ini Penjelasan Selengkapnya

Aimas, VoicePapua.com – Pengertian dan penggunaan makna kata Torang ‘Locavore’ adalah istilah yang merujuk pada orang yang memilih untuk mengonsumsi makanan yang diproduksi di wilayah lokal atau komunitas mereka. Istilah ini pertama kali dicetuskan pada tahun 2005 oleh sebuah kelompok di San Francisco. 

Gerakan locavore memiliki beberapa tujuan, di antaranya: mengurangi jarak tempuh makanan, mengembangkan perdagangan lokal.

Selain itu, membangun hubungan antara produsen dan konsumen, mendukung pertanian berkelanjutan, mengonsumsi makanan yang lebih sehat dan bergizi. 

Gerakan locavore telah mendapat perhatian dari banyak toko kelontong, restoran, dan sekolah. 

Dirangkum dari berbagai sumber merinci bahwa bangsa yang kuat berawal dari kemandirian pangan yang permanen. Tantangan bangsa Indonesia sebagai bekal bagi pemimpin bangsa. Yakni adalah tingginya angka impor dan ‘terbengkalainya’ aset sumber daya pangan asli Indonesia.

Hal ini terjadi akibat salah urus masalah pangan. Potensi besar hanya jadi ilusi dan permainan angka neraca sumber daya alam yang tidak berimplikasi kepada kesejahteraan petani dan nelayan.

Menarik untuk dicermati rencana minum susu gratis kampanye salah satu paslon Capres beberapa waktu silam.

Seperti diketahui dari 4,4 juta ton kebutuhan susu nasional hampir 80% dipenuhi dari impor.

Artinya, jika dibagikan susu secara gratis dan itu dibiayai dari APBN, maka bangsa ini lagi -lagi memberikan uang pajak kepada petani negara lain sebagai produsen susu sapi. Dan, fenomena impor susu juga terjadi untuk produk pangan lainnya. Sebut saja daging, kedelai, garam, tepung, dan ikan.

Locavore

Indonesia dikaruniai tanah subur dan matahari yang bersinar sepanjang tahun. Apapun yang kita tanam pasti tumbuh subur sebagai sumber pangan yang sehat dan bergizi.

Locavore intinya adalah kita hanya mengkonsumsi pangan yang ditanam di tanah kita sendiri. Locavore memberikan pemahaman kita saling menumbuhkan.

Dengan locavore, ikatan petani dan konsumen akhir akan terikat kuat. Locavore memungkinkan tracibility sumber pangan menjadi jelas dan teridentifikasi.

Saat ini kita makan dan minum tanpa tahu di mana dan siapa yang menanam sumber makanan kita. Di sisi lain petani bangsa kita kesulitan memasarkan atau menjadi pihak yang paling sedikit mendapatkan margin keuntungan akibat panjangnya rantai distribusi untuk sampai di meja konsumen.

Melalui locavore, kita akan tahu dan yakin bahwa makanan kita ditanam oleh saudara kita sebangsa dan setanah air.

Kita yakin makanan yang kita konsumsi ditanam dengan baik. Hal yang sama dirasakan oleh petani pembudi daya yang merasa yakin bahwa apa yang ditanam sudah jelas pembelinya.

Bahkan, sudah tahu berapa margin keuntungan yang akan didapat. Untuk itu peran Artificial intelligence akan sangat berperan penting.

Dan, proses hubungan masa tanam dan demand konsumen bisa dibuat dengan sangat mudah sekaligus akan menempatkan peran strategis BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) sebagai operator dan gateway pemasaran produk locavore.(****)