Pj Gubernur PBD Minta Masterplan Pengembangan FK Unipa Harus Disiapkan
Aimas, VoicePapua.com - Penjabat Gubernur Papua Barat Daya Muhammad Musa’ad meminta kepada pihak Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Papua (Unipa) pada kampus 2 di harus menyiapkan masterplannya.
“Bukan saja bangunannya, tapi apa yang kurang-kurang itu bisa kita benahi secara bersama. Dengan harapan, FK ini bisa memenuhi standar akreditasi,” jelas Musa’ad, saat berkunjung ke kampus 2 Unipa Sorong, didampingi Pj Bupati Sorong Yan Piet Moso, Kamis (9/2/2023).
Dengan adanya kekurangan itu supaya bisa terakreditasi fakultasnya, sehingga ada pengakuan nyata untuk fakultas ini. Kita juga akan koordinasikan dengan pihak Rektorat Univeritas Papua agar kekuatan yang ada ini bisa terkolaborasi menunjang fakultas ini.
“Bahkan, kata Musa’ad, kita juga masih kekurangan tenaga dokter. Jangan kalian selesai di sini mengabdi di tempat lain. Jadi, semua tetap punya komitmen untuk mengabdi di Tanah Papua. Kalau kalian mengabdi di sini ada nilai imannya. Jika, mengabdi di Jawa misalnya di sana sudah banyak dokternya, dan tidak terlalu banyak membutuhkan lagi,”imbau Musa’ad.
Tapi, kalau kalian mengabdi di sini masyarakat kita sangat membutuhkan. Banyak Puskesmas yang belum punya dokternya. Apalagi masuk ke wilayah pelosok-pelosok juga masih banyak kekurangan tenaga dokter, sambungnya.
Begitu juga dokter ahlinya masih sangat terbatas. Kalau kita mau mencari dunia akhirat di sini tempatnya untuk kalian mengabdi.
Kita cermati secara nyata, saat saya menjabat sebagai Kepala Bappeda Papua kala itu hampir semua pelosok daerah terpencil telah dikelilingi. Ada dokter alumni dari Universitas Indonesia maupun dari Universitas Padjadjaran Bandung saja misalnya, mereka bisa mengabdi di berbagai pelosok Tanah Papua.
“Lalu, kita yang alumni dari Uncen dan Unipa tinggalkan itu begitu saja malah harus pergi ke tempat lain. Dan, hal seperti ini sungguh disayangkan,” beber Musa’ad.
Tadi sudah saya sampaikan ke dokter dan bu dokter bahwa kita sudah jauh melangkah dan pantang mundur. Tidak ada kata mundur, ucap Musa’ad.
“Kalian harus berbangga. Pj Gubernur baru dua bulan menjabat langsung kunjungi kampus ini, dan itu menjadi salah satu agenda prioritas. Biar berdarah-darah juga Fakultas Kedokteran tetap maju dan tetap berdiri tegak,” ucapnya.
Kita harus saling membantu. “Jangan berpikir kalau Papua Barat saat ini sudah memisahkan dari kita. Tapi patut kita ingat, kedua provinsi ini tetap satu untuk membangun layanan kesehatan yang lebih baik dan terus berjalan,” kata Musa’ad menutup sambutannya.
Sementara itu, dr. Yan Piter Kambu, SpOg, menuturkan saat ini saya ditugaskan oleh Rektor Universitas Papua sebagai Koordinator Profesi Dokter juga sebagai dokter untuk membantu penyelenggaraan pendidikan FK Unipa, terutama praktik dokter di rumah sakit.
Kami bersyukur sekali pada hari ini ada kunjungan dari Penjabat Gubernur Papua Barat Daya dan juga Pj Bupati Sorong tentu bagi kami itu sebagai bentuk perhatian terhadap mahasiswa kedokteran.
Dimana ini merupakan suatu hal yang sangat kita butuhkan dalam pelayanan kesehatan di provinsi ke- 38 ini dan Tanah Papua pada umumnya.
Dalam waktu dekat ini yang perlu segera kita kerjakan adalah fasilitas untuk ujian kompetisi nasional. Ada dua, yakni ujian CAT (computer assisted test) dan ujian OSCE ( studi kasus).
OSCE adalah suatu metode untuk menguji kompetensi klinik secara obyektif dan terstruktur dalam bentuk putaran station dengan waktu tertentu.
Objektif karena semua mahasiswa diuji dengan ujian yang sama. Terstruktur karena yang diuji keterampilan klinik tertentu, dengan menggunakan lembar penilaian tertentu, jelasnya.
“Hal ini harus dilakukan di kampus kita. Dan tidak boleh dilaksanakan dari ketentuan itu juga menjadi syarat, dan kita membangun sesuai dengan standar yang diharapkan,” lanjut Kambu.
Saat ini fasilitas komputer ada. Hanya ada satu atau dua unit saja yang mengalami gangguan. Dan, kalau pelaksanaan OSCE itu belum, karena kita harus membutuhkan bantuan.
“Paling tidak ruangan harus memenuhi syarat, yakni harus memiliki ruangan yang kedap suara. Selain itu tidak boleh transparan, sehingga pada saat ujian berlangsung di antara mahasiswa tidak saling mendengar suara, akunya.
Kemudian kita harus siapkan dokternya minimal 30 orang. Lalu, ada persiapan pasien standar. Sehingga, pada saat dokter menguji dilatih khusus (dikasih sertifikat).
Ini semua menjadi kerja kita semua. Jika, semua ini berjalan baik akan menjadi kebanggaan kita bersama agar bisa menghasilkan para dokter sebagai penerus kita di kemudian hari, katanya. (****)
0 Comments