Satu Pohon Pelepah Pisang Bisa Hasilkan Jutaan Rupiah

Aimas, VoicePapua.com – Satu pohon pelepah batang pisang bisa menghasilkan jutaan rupiah. Untuk memberikan azas manfaat dari bahan dasar yang belum diketahui kebanyakan orang (pelepah batang pisang) ini. Tentu harus tahu bagaimana cara membuatnya, tentu harus mengikuti  kegiatan pelatihan yang digelar oleh Dekranasda Kabupaten Sorong saat ini.

Sekarang ini Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Sorong mendatangkan instruktur ternama dari Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Kehadiran  Maisir, instruktur yang meniti usaha ini sejak 2014 lalu, di salah satu desa, Kabupaten Bojonegoro, awalnya hanya bermodalkan Rp 60.000 saja.

Usahanya setelah berjalan dua tahun mulai berkembang, Maisir membentuk kelompok usaha bersama masyarakat setempat.

Setelah produknya mulai dikenal ‘bukan hanya’ di Indonesia saja. Bahkan, sempat dilirik oleh pasar di Negara Asia maupun Eropa.

Dalam keterangannya kepada awak media, Senin (9/12-2024), Maisir mengatakan, satu pohon pisang, apabila kita kelola secara baik dari pelepahnya saja, kita bisa menghasilkan jutaan rupiah.

“Paling mahal itu kalau kita produksi fashion (tas). Harga satu tas bisa bernilai jutaan rupiah,” ungkap dia.

Harga yang paling murah itu hanya gantungan kunci. Biasanya kita jual hanya Rp 5.000 per satu gantungan kunci.

Apalagi saat saya meninjau lapangan tadi, bersama sejumlah peserta untuk mempraktik cara yang benar mengambil pelepah pisang. Ada peserta tadi mengatakan itu jenis pisang nona.

Jenis pisang nona kalau di Jawa namanya pisang ulir. Pelepah pisang ini cocok untuk membuat fashion, karena seratnya tipis dan kuat.

Apalagi pada bagian dalam semua isi dari pelepahnya berwarna merah membuat motif atau corak warna akan semakin indah dan pasti nanti banyak peminatnya, lanjut dia.

Untuk itu, dia mengajak peserta yang mengikuti 35 pelatihan selama  empat hari ini untuk bisa memanfaatkan tanaman pisang yang ada, sehingga bisa bernilai ekonomis untuk meningkatkan pendapatan kelompok atau keluarga nanti. (****)