Bupati Raja Ampat: Masa Kepemimpinannya untuk Diselesaikan Penanganan Stunting

Kota Sorong, VoicePapua.com – Bupati Raja Ampat, Orideko Burdan bersama pasangan Wakil Bupati Mansyur Syahdan di masa kepemimpinan mereka untuk diselesaikan salah satu isu penting nasional, yakni penanganan penurunan stunting.

Dijelaskan, penurunan angka stunting di Raja Ampat berkat kerja sama semua pihak dalam hal ini pemerintah melalui Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Dinas Sosial, Dinas Ketahanan Pangan, bahkan pihak BUMN serta sektor swasta turut andil dalam program pencagahan stunting ini. 

Dirangkum dari RRI, hal tersebut, disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Raja Ampat melalui Kabid Kesehatan Masyarakat Hobertina Omkarsba saat dialog Sorong pagi ini Rabu, (30/4/2025).

Ia mengatakan ada 12 kampung dan distrik yang menjadi lokus penanganan stunting di Raja Ampat "Kita sudah mempunyai lokus stunting dan lokus-lokus ini kita pendampingan disitu sampai selesai dan untuk menyatakan lokus ini kita lihat dari aplikasi kita lihat dimana yang banyak kasusnya kita fokus disitu," ungkap Hobertina.

Dari 12 kampung tersebut banyak ditemukan kasus gizi buruk atau kurang gizi, penyebabnya bukan karena kekurangan pangan tetapi karena faktor tertentu yakni penyakit penyerta yang menyebabkan seorang anak terindikasi stunting karena terkait polah asuh.

Seperti seorang ibu dengan TB/TBC "Kalau mamanya makan apa anak-anak langsung datang ambil makan yang dimakan mamanya sehingga jika mamanya sudah kena TB maka dengan sendirinya anak juga terpapar penyakit tersebut yang membuat berat badan anak semakin berkurang," ujarnya. 

Ia juga mengapresiasi Kepala daerah dan jajaran stekholder lainnya yang bersinergi menangani stunting diwilayah Raja Ampat. 

Sementara itu Kepala Puskesmas Waisai drg. Putu Riani Saonekawati menyampaikan berbagai upaya yang dilakukan pihaknya ketika melakukan pendampingan percepatan penurunan angka stunting atas arahan dari Dinas Kesehatan Raja Ampat sesuai Kepres.

Yakni pendampingan dan pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil, kunjungan rumah bulanan kepada ibu hamil dengan risiko tinggi, hingga proses persalinan sampai bayi baru lahir dan balita.

"Kami juga melakukan pemeriksaan tumbuh kembang di TK dan Paud untuk anak usia 0 sampai 4 tahun. Kami juga punya program penyuluhan pemberian ASI ekslusif untuk posyandu maupun juga di puskesmas juga diterapkan untuk bayi 0 sampai 6 bulan dan kami memiliki manajemen terpadu balita sakit," ujar dokter Putu Riani. 

Terkait kendala yang dihadapi pihaknya Putu Riani menjelaskan tidak adanya bangunan posyandu yang representatif sehingga menyebabkan angka kunjungan ke posyandu berkurang sehingga banyak bayi dan balita yang belum terdata.

Angka penurunan stunting di Raja Ampat menjadi tolak ukur bagi wilayah lain di Propinsi Papua Barat Daya untuk bekerjasama dengan semua pihak guna menghasilkan generasi emas dimasa mendatang.(****)